DPR RI Temukan Perbedaan Laporan dan Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis

Makan Bergizi Gratis
Implementasi Makan Bergizi Gratis (MBG) di lapangan tak sesaui dengan laporan Badan Gizi Nasional (BGN)/net.

Faktamedan.id, NASIONAL–DPR RI menemukan adanya perbedaan signifikan antara laporan resmi Badan Gizi Nasional (BGN) dengan pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di lapangan. Temuan ini disampaikan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Nihayatul Wafiroh, saat kunjungan kerja ke dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Gorontalo.

“Salah satu temuan yang menjadi perhatian adalah adanya perbedaan signifikan antara laporan BGN di Jakarta dengan implementasi program di lapangan,” ujar Ninik, Rabu (13/8/2025).

Dalam rapat kerja, BGN memaparkan bahwa menu untuk siswa SD, SMP, dan ibu hamil dirancang berbeda. Perbedaan mencakup jenis lauk, kandungan gizi, dan komposisi sesuai kebutuhan masing-masing kelompok. Namun, menurut Ninik, kenyataan di lapangan hanya berbeda dari sisi porsi dan tekstur makanan.

Pentingnya Menu yang Tepat Sasaran

Ninik menegaskan, perbedaan menu sangat penting untuk strategi pemenuhan gizi. Anak SD, misalnya, memerlukan jenis makanan berbeda dengan remaja SMA atau ibu hamil. Jika perbedaan tidak diterapkan, tujuan gizi tepat sasaran bisa meleset.

Ia memberi contoh menu telur balado yang mengandung rasa pedas.

“Kalau menu untuk anak-anak ada unsur pedasnya, apakah ini sudah tepat? Cita rasa pedas bisa memengaruhi nafsu makan anak-anak dan mengganggu pencernaan,” jelasnya.

Evaluasi dan Akuntabilitas

Temuan ini memunculkan kekhawatiran adanya celah koordinasi antara perencanaan pusat dan pelaksanaan daerah. Menurut Ninik, penting memastikan instruksi teknis benar-benar dipahami dan dijalankan pengelola dapur di setiap daerah.

“Kalau yang tertulis di laporan berbeda dengan di lapangan, ini bukan hanya masalah teknis, tetapi menyangkut akuntabilitas,” tegasnya.

Ia mendorong BGN melakukan evaluasi menyeluruh dan memperbaiki alur koordinasi agar gizi tepat sasaran benar-benar terwujud.

“Gizi tepat sasaran adalah kunci membangun generasi emas Indonesia. Kalau salah sasaran, dampaknya akan panjang,” pungkas Ninik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *